Tahun ini MINIKINO kembali menghadirkan International Short Film Festival, 3rd Minikino Film Week. Lebih Istimewa dari tahun lalu, ada beberapa program tambahan di luar program pemutaran film pendek yang bebas biaya dengan panduan usia penonton serta workshop, yaitu BEGADANG FILMMAKING COMPETITION, pop-up cinema, Minikino Bandstand, MFW TALKS, dan malam penganugerahan penghargaan internasional. 3rd Minikino Film Week diadakan selama 8 hari non-stop mulai hari Sabtu, 7 Oktober 2017 sampai Sabtu 14 Oktober 2017 bekerja sama dengan 17 tempat acara dan 1 festival lounge di Bali. Lebih dari 224 judul film pendek yang akan ditayangkan di layar, terpilih dari jaringan kerja nasional INDONESIA RAJA 2017 , regional Asia Tenggara S-EXPRESS 2017 dan programmer tamu internasional akan ditampilkan dalam lebih dari 120 kali acara pemutaran. Festival Film Pendek Internasional Minikino Film Week ke-3 terbagi menjadi beberapa tajuk
dengan bentuk kegiatan yang berbeda. Opening Event Resepsi resmi yang diperuntukkan kepada para undangan, baik para pendukung dan sponsor festival, termasuk juga para seniman, produser film, sutradara film dan para artis yang khusus datang untuk ikut mendampingi karya-karya mereka yang telah terpilih untuk ditayangkan di layar.Dalam acara ini akan ditayangkan sebuah program film pendek pembuka. Micro Cinema Screenings Inilah menu utama dalam Festival Film Pendek Minikino Film Week. Berlangsung sepanjang minggu, dari tanggal 8 sampai dengan 13 Oktober 2017. Pop Up Cinema Selain pemutaran film dalam bentuk Micro Cinema, Minikino juga mempersembahkan sebuah acara pemutaran keliling yang diberi nama Pop Up Cinema. Berlangsung mulai tanggal 8 sampai 13 Oktober 2017. MFW Talks Melalui Forum ini Minikino Film Week mengundang organisasi dan kelompok-kelompok yang berhubungan dengan kegiatan kreatif di Bali, dan Indonesia secara umum, untuk terlibat dengan mempresentasikan kegiatannya kepada pengunjung Minikino Film Week. Workshop Selain kegiatan pemutaran film pendek, Minikino Film Week juga akan menggelar berbagai acara pendukung, termasuk berbagai workshop dengan aneka topik, yaitu kelas akting bersama Paul Agusta dan 4K Cinematography by PANASONIC LUMIX & Benny Kadarhariarto. Semua yang tertarik dengan film dan film pendek khususnya, di sinilah tempatnya! Perpustakaan Film Pendek Minikino membuka akses khusus untuk menonton di Perpustakaan Film pada festival lounge (Gedung Merdeka). Akses ini bisa didapatkan dengan menjadi semeton (undangan/member khusus) anggota perpustakaan. Perpustakaan ini membuka kesempatan bagi film-film pendek ini untuk distribusi lebih Yayasan Kino Media | jl. Madura no.5, Denpasar 80113, Bali, Indonesia Tel/Fax +62 361 4744813 lanjut. Pendaftaran “Semeton” dapat melalui link on-line: http://bit.ly/SemetonMFW atau langsung datang ke Festival Lounge . Minikino Bandstand Minikino bekerja sama dengan para pembuat video klip di Bali, menampilkan video klip musik mereka, sekaligus mengundang tim produksinya untuk berbagi pengalaman tentang proses pembuatannya. Begadang Filmmaking Competition Sebuah kompetisi film berskala Nasional yang menawarkan pengalaman seru, menegangkan dan acara begadang yang tak terlupakan. Berbagai festival film di dunia juga telah melakukannya! Kali ini giliran Indonesia, melalui 3rd Minikino Film Week! Malam Penganugerahan 3rd MINIKINO FILM WEEK AWARD adalah penghargaan Internasional dalam bentuk NON-MONETARY REWARD. Di dalam festival inilah karya-karya Indonesia bersanding sejajar dengan dunia. Kategori-kategori penghargaan yang diberikan adalah: 2017 Short Film Of The Year Programmer’s Pick 2017 Children’s Short Film 2017 Short Fiction 2017 Short Documentary 2017 Animation Short 2017 Visual Poetry 2017 S-Express 2017 Recognition Detail lengkap mengenai program film, jadwal tayang, lokasi pemutaran dan Festival Lounge dapat dilihat di http://minikino.org/filmweek/id/
0 Comments
Cata Odata akan memamerkan 72 karya Imam Sucahyo yang dibuat di tahun 2014-2017 dan menampilkan program preview, scene-to-scene, pemutaran film, dan diskusi sebagai rangkaian acaranya. Diselenggarakan oleh Cata Odata dan dikurasi oleh Dwi S. Wibowo, Jagat Mawut merepresentasikan karakter karya Imam Sucahyo yang brutal dalam menyampaikan pergulatan masyarakat kelas bawah yang lekat dengan persoalan-persoalan ekonomi, ruang, dan gender yang kompleks. Banyak pihak yang mengenal karyanya sebagai art brut, raw art, maupun outsider art walaupun Imam Sucahyo sendiri tidak pernah memedulikan klaim tersebut. Pameran ini kemudian hadir untuk membawa pertanyaanpertanyaan seputar ‘dunia porak poranda’ yang dihadirkan oleh Imam secara gamblang dan bersamaan ke dalam diskusi. Imam Sucahyo (1978) adalah seorang seniman otodidak yang lahir dan tumbuh di Tuban, Jawa Timur. Ia pertama kali mengenal dunia seni di sekitar awal tahun 2000. Sejak itu karyanya sering diikutsertakan dalam pameran kelompok di Tuban, Surabaya, dan Lampung. Tahun 2014-2016, ia mengikuti pameran kelompok di Cata Odata (Ubud, Bali), Art Expo Malaysia (direpresentasikan oleh Cata Odata), Gallery Le Lieux 37 – kolaborasi dengan Gallery Artmenparis (Perancis), Gallery L’Echarpe (Perancis), Espace Eqart Gallery (Perancis), Paris Outsider Art Fair 2015 (Perancis), Pameran Biennale ke-6 di Museum Éphémère (Perancis), Tuban Art Festival (Tuban, Jawa Timur). Pameran tunggalnya pertama kali diselenggarakan di tahun 2015, di Bloo Art Space (Padangbai, Bali). Tahun ini, selain berpameran tunggal di Cata Odata, karya-karyanya juga akan tampil di Biennale Jatim (Surabaya, Jawa Timur). Gambar dan lukisan Imam banyak menggunakan kombinasi dari ballpoint, pensil, krayon, spidol, kolase dan bahkan cat rambut baik di atas kertas maupun sobekan majalah dan juga kanvas. Ia merekam semua peristiwa dalam jenjang hidupnya secara tidak runut dan rumpang di berbagai sisi. 14 tahun hidup sebagai pengguna obat terlarang memberi dampak psikosis seperti halusinasi dan paranoia yang mengaburkan batas kesadarannya, termasuk dalam berkarya. Sedangkan pengalaman merantau di berbagai daerah Indonesia memberi banyak persinggungan sosial terutama seputar pergulatan masyarakat kelas bawah, sehingga menjadikan karya-karya Imam sebagai mozaik atas khazanah hidup dari para manusia yang selama ini termajinalkan. Disela-sela agenda pameran Cata Odata juga menggelar serangkaian acara yang acara terbuka untuk umum, silahkan klik disini untuk registrasi.
SCENE-TO-SCENE // Rabu, 11 – Minggu, 15 Oktober 2017, 11:00 – 18:00 WITA Kenali lebih dekat perjalanan kreatif seniman dengan melihat setiap karyakarya terpajang dengan ditemani kurator dan seniman secara langsung. Julukan scene-to-scene dipilih untuk menjabarkan setiap fase dari proses berkesenian seorang seniman. Film Screening // BBC One Imagine Series: Turning The Art World Inside Out Minggu, 22 Oktober 2017, 18:00 – 19:30 WITA Film dokumenter oleh Jack Cocker di mana peononton akan diajak untuk menjelajah bagaimana mengartikan ‘Outsider Art’ di abad ke-21 ini. CO.Study // Melangkah masuk ke luar: percakapan tentang “Seni liyan” di sekitar kita Jumat, 3 November 2017, 18:00 – 20:00 WITA Gelombang Art Brut dan Seni Outsider di Indonesia tidak dipungkiri semakin aktif dibanding sebelumnya. Institusi seni internasional atau individu pecinta seni berlomba untuk menemukan ‘talenta baru’, - seniman di luar lingkar utama dunia seni sendiri yang menciptakan karya dengan nilai kejujuran sama atau malah lebih tinggi dari sebelumnya. Bersama Dwi S. Wibowo sebagai moderator, sebuah diskusi terbuka akan dilakukan untuk membangun dialog seputar percakapan tersebut. Cata Odata Jl. Penestanan Kelod, Seberang Pura Dalam Penestanan Kelod Ubud, Bali, 80571 Jam Buka : Senin - Sabtu / 10AM - 19PM (Minggu dengan janji) [email protected] +62 8 22 3323 7857 Karja Art Space menggelar pameran terbaru dari kelompok PK+Savitri, 8 hingga 19 Oktober 2017.10/2/2017 Galeri Karja Art Space, yang berlokasi di daerah Penestanan Kaja-Ubud, akan menjadi tuan rumah untuk pameran seni oleh kelompok PK+Savitri Sastrawan dari 8 hingga 19 Oktober 2017. Pameran ini akan menampilkan karya-karya seni berupa lukisan dan instalasi sebagai babak kedua dari proyek Menjemput Masa Lalu.
Dalam proyek Menjemput Masa Lalu yang babak pertamanya diadakan bulan Mei 2017, kelompok PK+Savitri Sastrawan, mengajak merenungi memori terdahulu yang sampai saat ini mengusik bahkan berkelana dalam pikiran manusia. Dalam babak kedua dari proyek Menjemput Masa Lalu ini, kelompok PK+Savitri mengusung judul “Pagi di Pelupuk Mata”, berawal dari sebuah pertanyaan tentang bagaimana menyapa ‘pagi’, sebagai awal, setelah melalui proses merenungi memori. Pencapaian tersebut justru yang diharapkan untuk menjadikannya perjalanan menyambut masa depan. Kelompok PK melihat perasaan memiliki fungsi untuk memberikan manusia pengalaman-pengalaman subjektif tentang kenikmatan dan rasa. Savitri Sastrawan menyatakan bahwa, “Seni adalah tentang rasa dan kemampuan kita membuat yang lain untuk merasakannya.” “Karja Art Space percaya pada kekuatan seni untukperubahan dari skala personal maupun umum.”, ujar Wayan Karja, pemilik Karja Art Space. “Karja Art Space berharap menjadi ruang tumbuh kembang kreatifitas, mendukung kolaborasi antara seniman dan komunitas, koneksi-koneksi global dan pertukaran lintas-disipliner.” Tujuan dari pameran ini adalah untuk menciptakan dialog penting, baik bagi komunitas lokal dan komunitas yang lebih luas. Serta, semoga dapat memperkaya wacana seni rupa Indonesia. Pameran ini akan dibuka pada hari Minggu, 8 Oktober, pukul 19.00 di Karja Art Space. Kelompok PK+Savitri Kontak: [email protected] Putu Nova: +62 8311 4846 529 Instagram: kelompok_pk KARJA ART SPACE Alamat: Jalan Pacekan 18 Banjar Penestanan Kaja Ubud, Bali Facebook: Karja Art Space Putu Diniari: +62 8128 1099 940 Catered to enrich your Bali experience, Seminyak Village presents Artisans of Bali. This month long exhibition is a collaboration between Seminyak Village and IBUKU, Threads of Life, Make a Scene Bali and ELAMI and Co. Located right by the Centercourt area, Seminyak Village will display some of the finest products made in Indonesia, made using the best materials nature has to offer and handmade by local craftsmen. This is your chance to immerse yourself in the local culture, interact with incredible craftsmen and learn something new to take home with you. There will be weekly workshops every Saturday lead by the experts from each brand for the whole family to enjoy. The exhibition and workshop are free of charge and can be enjoyed all through September and October at Seminyak Village.
Seminyak Village allows you to immerse yourself in the local culture, interact with incredible craftsmen and learn something new to take home with you. JANGER CROWN MAKING BY MAKE A SCENE! Saturday 16 September 2017 11 am - 1 pm COCONUT CREATIONS AND BAMBOO KITE MAKING BY GREEN CAMP BALI Saturday 23 September 2017 11 am - 1 pm NATURAL DYE and ARASHI WORKSHOP BY THREADS OF LIFE Saturday 30 September 2017 11 am - 1 pm ARCHITECTURAL BAMBOO MODEL MAKING BY IBUKU Saturday 7 October 2017 11 am - 1 pm Venue Seminyak Village – Jl. Kayu Jati No.8, Seminyak. Phone: +62361 738 097 www.seminyakvillage.com Bali, September 2017. ARTOTEL Sanur Bali is excited to showcase This and That Art Exhibition featuring fun artworks by Heart Lab at The Art Space starting this September 15th 2017. This and That offers a parodic and comical element to modern pop culture, where the artists twist popular icons such as Superman using balloons as a flying device, Basuki Tjahaya “Ahok” Purnama as a native Betawi silat warrior and trigger-happy cowboy to the life-size statue of Indonesian President Joko “Jokowi” Widodo. The objects vary from 2D and 3D dimension as well as installation artworks. Heart Lab Bali founded in 2002, is a growing company in Bali providing great quality, fun and happy artworks like sculptures, paintings and photographs for any art projects and private collections. Owned by a talented artist from Indonesia Mr. Hanh with more than 15 years’ experience in art scenes. Heart Lab Bali used to organize varies of art exhibitions and manage famous contemporary Indonesian artists such as Yohanes Yani Halim, Wahyu Gunawan, Hari Prast, and many more. Their signatures products are paper Mache made from recycled paper designed by local contemporary artists. Heart Lab tries to implement ecological and sustainable design to bring best quality and fun artwork. This and That will provide something FUN for everyone. CATATAN KECIL #REKAMWAJAH - Faces of Bali Dipamerkan di LITTLE TALKS UBUD 9 – 10 September 2017 Kelompok #GNDLMGLJ kembali memamerkan karya-karya terbarunya dalam seri #RekamWajah. Judul yang diusung dalam pameran kali ini adalah “FACES of BALI”. Pameran ini diadakan sebagai bagian dari perayaan setahun Little Talks Ubud, sebuah café dan perpustakaan yang membuka ruangnya untuk berbagai kegiatan seni dan kreatif. “Faces of Bali sebuah rekaman visual dari beberapa kawan yang tergabung dalam GNDLMGLJ ini mengingatkan kita kepada sebuah ruang memori, memori tentang Bali dan orang – orang yang ada di dalamnya, seperti Littletalks Ubud yang terbentuk oleh rekaman – rekaman perbincangan, ide, dan kreatifitas kawan – kawan yang turut membesarkan kami untuk terus bertahan sampai tahun pertama ini” Gustra Adnyana, Co-founder Littletalks Ubud. Littletalks sebagai ruang pamer merupakan salah satu tempat yang tidak biasa, mereka bukan sebuah galeri seni, bukan pula museum besar. LittleTalks Ubud adalah sebuah perpustakaan kecil dan kafe yang memberikan ruang kecil untuk apa saja yang menurut mereka akan menjadi besar. Litteltalks Ubud memberikan ruang bagi penulis, penyair, seniman, musisi, pemikir untuk dapat melakukan apa saja. Ruang yang begitu kecil tidak menutup kemungkinan hanya akan menjadi kecil. Dan mereka percaya, seni bisa dipertunjukan dimana saja, bahkan di sebuah kafe kecil. Berangkat dari kesamaan keyakinan bahwa seni adalah untuk siapa saja, dapat dilakukan dimana saja maka kolektif #GNDLMGLJ ini makin memantapkan diri bahwa tidak ada batasan dalam berkarya. “Senangnya berada dalam kolektif #GNDLMGLJ ini kita tidak ada tekanan, semuanya dibawa fun, tapi tetap berisi dan berusaha menyajikan yang terbaik. Kami ingin foto-foto kami yang selama ini kami kumpulkan tidak hanya kami nikmati sendiri dan tidak bisa bercerita ke publik luas. Adanya ruang kerjasama dengan café-café seperi LittleTalks Ubud ini juga menambah percaya diri kami untuk berpameran.”, ujar Mario Andi Supria. Konsep #rekamwajah khususnya wajah-wajah Bali ini tercetus dari sebuah ide bahwa yang kami tangkap lewat kamera itu tidak sekadar muka saja, tapi dapat merepresentasikan apa yang ada di Bali. Kearifan lokal, industri seni, komodifikasi, peranan, semua dapat terbaca dari wajah-wajah ini. Bali dengan budaya komunalnya yang kuat dan banyaknya upacara-upacara adat mempunyai daya pikat yang luar biasa. Perempuan Bali khususnya memainkan peran sentral dan integral dalam upacara adat, tanpa mereka keseluruhan sistem tidak akan berjalan baik meski peran mereka berbeda dengan para lelaki Bali. Bahkan sedari kecil, anak perempuan Bali pun sudah diberikan peran dalam tugas-tugas adat di desanya. Belajar menari, membuat canang, menghaturkan banten, sudah menjadi bagian dari tugas kesehariannya. Sisi cantik perempuan Bali ini yang diangkat oleh tiga fotografer Mario Andi Supria, Stefanus Bayu dan Joe Christian. Cantik dengan definisi mereka masing-masing. Sementara, Ruth Onduko melihat sisi cantik dari wajah bali yang ia rekam adalah sebuah bentuk komodifikasi. Kecantikan yang dibuat sedemikian rupa agar Bali mampu bertahan dengan menjual keindahannya sebagai sebuah industri. “Kebudayaan Bali yang unik dimanifestasikan melalui industry kesenian tradisional.Bali dikenal sebagai destinasi wisata dengan keindahan alam dan budayanya. Semuanya menampilkan estetika yang tinggi dan rumi dalam perayaan-perayaan yang massive dan teatrikal. Awalnya saya sebagai orang luar Bali juga melihat indahnya saja, tetapi tinggal lama dan mengenal lebih dekat masyarakat dan budayanya saya sadar bahwa ada banyak persoalan yang tak tersingkap.” (Ruth Onduko) Bali juga sangat terkenal dengan seni tari tradisinya. Kass Sudrajat menangkap ekspresi para penari wayang wong Tejakula mulai dari persiapan sebelum pentas hingga selepas pentas. Identitas para penari topeng ini tersamarkan dalam sebuah pertunjukan tari, tak jarang kita yang menonton pertunjukan tari tradisi Bali tidak pernah tahu siapa sosok dibalik topeng dan make up tebal para penari. “Memotret sosok dibalik sebuah pertunjukan tari yang terlihat mewah dan indah itu rasanya seperti memberi penghargaan yang melebihi standing applause buat saya.” Jelas Kass Sudrajat. Ilustrasi Arzelita kali ini fokus pada keunikan dari tiap garis guratan wajah manusia. Arzelita mencoa mengangkat wajah-wajah lelaki bali yang terkadang “second place” dari perempuan Bali, sebagai inspirasi kekaryaanya. Sudut pandang berbeda dalam #rekamwajah dilihat dari kacamata gender. Ada kesadaran bahwa lebih banyak dokumentasi wajah bali yang rata-rata didominasi oleh perempuan. Arzelita mencoba menawarkan keindahan dalam bentuk dan persepsi yang berbeda. Ada banyak hal yang bisa diperbincangkan hanya dari sebuah foto atau ilustrasi. Ruang diskusi ini yang ingin dicapai oleh masing-masing personel yang berpameran. Karena itu, pada malam pembukaan para pameris akan hadir dan memulai percakapan baru dengan para audiens. Pameran Faces of Bali akan dibuka pada Rabu, 9 Agustus 2017 jam 19.30 wita di Little Talks Ubud. Pameran ini sendiri akan berlangsung hingga 10 September 2017. Peserta Pameran: Mario Andi Supria, Ruth Onduko, Joe Christian, Stefanus Bayu, Arzelita Linando, Kass Sudrajat. Contact person: Ruth (081239576836 / [email protected]) foto karya
Mengusung ke-Bhineka Tunggal Ika-an lewat pagelaran seni tari, topeng, lontar, lukis dan fotografi7/24/2017 Bhineka Tunggal Ika merupakan frasa yang berasal dari bahasa Sansekerta dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kalimat ini merupakan kutipan dari kitab Sutasoma dalam bentuk kakawin karangan Mpu Tantular. Kakawin Sutasoma diturunkan sampai saat ini dalam bentuk naskah tulisan tangan baik dalam bentuk lontar maupun kertas. Semboyan Bhineka Tunggal Ika digunakan untuk sebagai semboyan hidup bangsa Indonesia yang sangat heterogen ini. Namun, situasi dan kondisi negara kita saat ini memperlihatkan bahwa kita mulai melupakan dan memudarkan makna Bhineka Tunggal Ika, dan hanya menganggapnya sebuah filosofi kuno. Berangkat dari keresahan tersebut maka sekelompok perupa mencetuskan sebuah konsep pagelaran dalam kemasan acara Pagelaran Seni “Bhineka Tunggal Ika” dengan mempersembahkan tiga buah pertunjukan tari yang isinya mengangkat kembali nilai-nilai ke-Bhineka Tunggal Ika-an. Ketiga pagelaran tari tersebut yaitu Sutasoma, Sunda Upasunda dan Purwa Sandhi Naya. Pagelaran Seni “Bhineka Tunggal Ika” ini merupakan pagelaran skala internasional yang melibatkan seniman Indonesia dan Mancanegara. Sebuah manifestasi atas kecintaan akan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan visi dan misi memberikan edukasi, entertainment, dan rasa persatuan melalui seni. Selain pagelaran tari juga akan ada pameran karya seni berupa karya Lontar Sutasoma dari I Wayan Mudita Adnyana, 17 topeng karya Cokorda Raka Sedana, Lukisan karya Nyoman Wijaya dan belasan karya fotografi dari 14 fotografer yang merespon ketiga tarian yang akan dipentaskan dan juga merespon tema Bhineka Tunggal Ika.
Citra Sasmita, seorang perupa muda yang namanya mulai mencuat di dunia senirupa Bali dua tahun terakhir kembali menyajikan karya-karya terbarunya yang dikemas dalam pameran tunggal bertajuk Beauty Anatomy. Pameran ini akan dibuka pada Sabtu, 15 Juli 2017 di Laramona Ubud, sebuah restaurant tapas yang artsy dan unik di bilangan Dewi Sita, Ubud. Ada sekitar 15 karya yang dipamerkan, yang semuanya mengangkat persoalan perempuan. Seperti ditulis oleh Dwi S. Wibowo dalam esai singkatnya: "Dalam karya-karya Citra Sasmita, kita dapat melihat bagaimana penjelajahan terhadap tubuh perempuan itu dilakukan melalui luka-luka yang dialami oleh mereka. Penderitaan perempuan dihadirkan sebagai sesuatu yang indah, sekaligus menjadi jalan untuk masuk dan menemui bagaimana benturan antara tubuh dan nilai sosial itu terjadi pada diri perempuan secara utuh." (Simak esai lengkapnya dibawah ini.) Beauty Anatomy: Menjelajah Ke Dalam Tubuh Perempuan
Tubuh perempuan tidak hadir dengan sendirinya, melainkan kerap dihubungkan dengan nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya. Seperti nilai sosial, ekonomi, danpolitik yang semuanya dibentuk oleh konvensi masyarakat dengan berbagai kepentingannya. Seringkali, kepentingan-kepentingan tersebut menjadi bias ketika terhubung dengan budaya patriarkis yang justru menekan posisi perempuan di ranah tersebut. Sehingga perempuan tidak bisa berdiri secara mandiri dengan nilai-nilai yang dikehendaki ada dalam dirinya, tetapi justru terpaksa menerima nilai-nilai yang dilekatkan pada tubuhnya dengan berbagai konsekuensi yang ditanggungnya. Lingkaran sosial semestinya menempatkan diri perempuan secara adil dan sesuai dengan kodrat penciptaannya, yaitu pada fungsi maternal dimana perempuan dapat menentukan berbagai aspek yang menopang identifikasi atas dirinya. Namun sayangnya, yang terjadi justru identifikasi atas perempuan tersebut dipersempit hanya pada fungsi reproduksi semata, sehingga di dalam lingkup sosial membuat posisinya menjadi minor di hadapan kultur yang dibentuk secara patriarkis. Padahal, tubuh perempuan memiliki potensi untuk membangun definisi yang paling tepat atas dirinya sendiri, tanpa harus dipaksakan melekat pada nilai-nilai yang dibentuk masyarakat. Kebebasan perempuan untuk memberi tafsir atas dirinya sendiri tidaklah membuatnya lepas secara total dari lingkup sosial keberadaannya, melainkan justru membuatnya mampu menempatkan diri sebagai bagian darinya. Dengan nilai yang dipilih, atau bahkan dibentuknya sendiri, perempuan bisa semakin memahami apa saja yang ada di dalamtubuhnya dan bagaimana memfungsikannya secara tepat. Realitas sosial hari ini, telah menempatkan diri perempuan pada posisi sekunder, sehingga ketika mereka berupaya untuk membebaskan diri dari nilai-nilai yang membelenggunya tersebut, kerap dianggap sebagai pemberontakan dan menimbulkan gesekan sosial. Nilai dan aturan sosial yang telah berlangsung sekian lama, membuat perempuan kesulitan untuk berhadapan dengannya dan menawarkan nilai-nilai baru atas dirinya. Situasi ini termanifestasi melalui sejumlah mahluk asosial yang ditanggung oleh tubuh perempuan, seperti stigma yang melekat atas tubuh, beban moril atas setiap perilakunya, termasuk derita fisik yang juga harus dialaminya dari lingkungan di sekitarnya. Mengembalikan tubuh perempuan pada fungsi kodratinya menjadi jalan untuk membebaskan mereka dari belenggu nilai yang menjerat dan menghimpitnya dalam putaran arus masyarakat. Dalam karya-karya Citra Sasmita, kita dapat melihat bagaimana penjelajahan terhadap tubuh perempuan itu dilakukan melalui luka-luka yang dialami oleh mereka. Penderitaan perempuan dihadirkan sebagai sesuatu yang indah, sekaligus menjadi jalan untuk masuk dan menemui bagaimana benturan antara tubuh dan nilai sosial itu terjadi pada diri perempuan secara utuh. Dwi S. Wibowo, Penulis Seni For a month, a group of Balinese urban artists from Ruang per Ruang will #TAKEOVER all of ROAM space. We are so proud to be able to support these talented young artist to exhibit their unique artistic character all over (literally) our space.
Come and meet all 9 artists with 9 unique art styles on the exhibition opening night. Each artist's artworks express personal perspective on social, culture to humanity. Roam over to find their artworks in our restaurant, yoga deck and even in our kitchen. Artist list: 1. Slinat 2. Gung A. Devantara 3. Made Aswino Aji feat Vastro 4. I Made Suarimbawa Dalbo 5. Ketut Jaya "Kaprus" 6. Myra Juliarti 7. UnkleJoy 8. Yoesoef Ola 9. Yozeffani Awan The exhibition will be held for a month starting on July 15th - August 15th. .
@slinat x @umaseminyak Present: ✖VISIT BALI YEAR ✖ SLINAT SOLO EXHIBITION . ✖OPENING NIGHT 1•JULY•2017, 6PM-10PM✖ MUSICK PERFORMANCE • @mademawut • @gunawarma • MADNESS ON THA BLOCK •KOES MIN . •EXHIBITION DATE 1-17•JULY•2017 . SUPPORTED BY . @isadgallery @balistreetart_official @balebengong @baliartactivity @senidibali @artofwhatever.store @kindmagz @garduhouse @picamagz . Foto by @iputuekapermata Design by @leonardus_lowa MC by @perwirakesuma . #xvisitbaliyearx #slinat #sillyinart #umaseminyak #artofwhatever #artshow #bali #balikuno #slinatsoloexhibition #streetartbali |
Authorsenidibali is an independent platform that promotes arts, artists, exhibition, art events and art spaces in Bali. Archives
November 2019
Categories |