CATATAN KECIL #REKAMWAJAH - Faces of Bali Dipamerkan di LITTLE TALKS UBUD 9 – 10 September 2017 Kelompok #GNDLMGLJ kembali memamerkan karya-karya terbarunya dalam seri #RekamWajah. Judul yang diusung dalam pameran kali ini adalah “FACES of BALI”. Pameran ini diadakan sebagai bagian dari perayaan setahun Little Talks Ubud, sebuah café dan perpustakaan yang membuka ruangnya untuk berbagai kegiatan seni dan kreatif. “Faces of Bali sebuah rekaman visual dari beberapa kawan yang tergabung dalam GNDLMGLJ ini mengingatkan kita kepada sebuah ruang memori, memori tentang Bali dan orang – orang yang ada di dalamnya, seperti Littletalks Ubud yang terbentuk oleh rekaman – rekaman perbincangan, ide, dan kreatifitas kawan – kawan yang turut membesarkan kami untuk terus bertahan sampai tahun pertama ini” Gustra Adnyana, Co-founder Littletalks Ubud. Littletalks sebagai ruang pamer merupakan salah satu tempat yang tidak biasa, mereka bukan sebuah galeri seni, bukan pula museum besar. LittleTalks Ubud adalah sebuah perpustakaan kecil dan kafe yang memberikan ruang kecil untuk apa saja yang menurut mereka akan menjadi besar. Litteltalks Ubud memberikan ruang bagi penulis, penyair, seniman, musisi, pemikir untuk dapat melakukan apa saja. Ruang yang begitu kecil tidak menutup kemungkinan hanya akan menjadi kecil. Dan mereka percaya, seni bisa dipertunjukan dimana saja, bahkan di sebuah kafe kecil. Berangkat dari kesamaan keyakinan bahwa seni adalah untuk siapa saja, dapat dilakukan dimana saja maka kolektif #GNDLMGLJ ini makin memantapkan diri bahwa tidak ada batasan dalam berkarya. “Senangnya berada dalam kolektif #GNDLMGLJ ini kita tidak ada tekanan, semuanya dibawa fun, tapi tetap berisi dan berusaha menyajikan yang terbaik. Kami ingin foto-foto kami yang selama ini kami kumpulkan tidak hanya kami nikmati sendiri dan tidak bisa bercerita ke publik luas. Adanya ruang kerjasama dengan café-café seperi LittleTalks Ubud ini juga menambah percaya diri kami untuk berpameran.”, ujar Mario Andi Supria. Konsep #rekamwajah khususnya wajah-wajah Bali ini tercetus dari sebuah ide bahwa yang kami tangkap lewat kamera itu tidak sekadar muka saja, tapi dapat merepresentasikan apa yang ada di Bali. Kearifan lokal, industri seni, komodifikasi, peranan, semua dapat terbaca dari wajah-wajah ini. Bali dengan budaya komunalnya yang kuat dan banyaknya upacara-upacara adat mempunyai daya pikat yang luar biasa. Perempuan Bali khususnya memainkan peran sentral dan integral dalam upacara adat, tanpa mereka keseluruhan sistem tidak akan berjalan baik meski peran mereka berbeda dengan para lelaki Bali. Bahkan sedari kecil, anak perempuan Bali pun sudah diberikan peran dalam tugas-tugas adat di desanya. Belajar menari, membuat canang, menghaturkan banten, sudah menjadi bagian dari tugas kesehariannya. Sisi cantik perempuan Bali ini yang diangkat oleh tiga fotografer Mario Andi Supria, Stefanus Bayu dan Joe Christian. Cantik dengan definisi mereka masing-masing. Sementara, Ruth Onduko melihat sisi cantik dari wajah bali yang ia rekam adalah sebuah bentuk komodifikasi. Kecantikan yang dibuat sedemikian rupa agar Bali mampu bertahan dengan menjual keindahannya sebagai sebuah industri. “Kebudayaan Bali yang unik dimanifestasikan melalui industry kesenian tradisional.Bali dikenal sebagai destinasi wisata dengan keindahan alam dan budayanya. Semuanya menampilkan estetika yang tinggi dan rumi dalam perayaan-perayaan yang massive dan teatrikal. Awalnya saya sebagai orang luar Bali juga melihat indahnya saja, tetapi tinggal lama dan mengenal lebih dekat masyarakat dan budayanya saya sadar bahwa ada banyak persoalan yang tak tersingkap.” (Ruth Onduko) Bali juga sangat terkenal dengan seni tari tradisinya. Kass Sudrajat menangkap ekspresi para penari wayang wong Tejakula mulai dari persiapan sebelum pentas hingga selepas pentas. Identitas para penari topeng ini tersamarkan dalam sebuah pertunjukan tari, tak jarang kita yang menonton pertunjukan tari tradisi Bali tidak pernah tahu siapa sosok dibalik topeng dan make up tebal para penari. “Memotret sosok dibalik sebuah pertunjukan tari yang terlihat mewah dan indah itu rasanya seperti memberi penghargaan yang melebihi standing applause buat saya.” Jelas Kass Sudrajat. Ilustrasi Arzelita kali ini fokus pada keunikan dari tiap garis guratan wajah manusia. Arzelita mencoa mengangkat wajah-wajah lelaki bali yang terkadang “second place” dari perempuan Bali, sebagai inspirasi kekaryaanya. Sudut pandang berbeda dalam #rekamwajah dilihat dari kacamata gender. Ada kesadaran bahwa lebih banyak dokumentasi wajah bali yang rata-rata didominasi oleh perempuan. Arzelita mencoba menawarkan keindahan dalam bentuk dan persepsi yang berbeda. Ada banyak hal yang bisa diperbincangkan hanya dari sebuah foto atau ilustrasi. Ruang diskusi ini yang ingin dicapai oleh masing-masing personel yang berpameran. Karena itu, pada malam pembukaan para pameris akan hadir dan memulai percakapan baru dengan para audiens. Pameran Faces of Bali akan dibuka pada Rabu, 9 Agustus 2017 jam 19.30 wita di Little Talks Ubud. Pameran ini sendiri akan berlangsung hingga 10 September 2017. Peserta Pameran: Mario Andi Supria, Ruth Onduko, Joe Christian, Stefanus Bayu, Arzelita Linando, Kass Sudrajat. Contact person: Ruth (081239576836 / [email protected]) foto karya
0 Comments
|
Authorsenidibali is an independent platform that promotes arts, artists, exhibition, art events and art spaces in Bali. Archives
November 2019
Categories |