art, artist, featured, profile
Perspektif bagi Valasara adalah perkara memandang, bagimana dunia materi ditangkap oleh lensa mata manusia dan diidentifikasi dengan sistem di dalam diri subjek, dalam hal ini manusia yang memandang. Sistem tersebut melingkupi ideologi, kepercayaan/pranata sosial, serta pengalaman empirik, Valasara melihat kecenderungan subjektivitas yang cukup dominan yang merupakan hasil tegangan antara aspek di luar dirinya (pranata sosiall) dan aspek di dalam dirinya.
Untuk karya yang dia pamerkan di ARJOG10 kali ini, observasi dan eksplorasi Valasara dimulai dari kesadaran bahwa di Indonesia sekalipun ada sebuah identitas nasional, namun terdapat beragam budaya yang berbeda. Ada gesekan yang cukup dominan, terutama jika menyimak fenomena konflik akhir-akhir ini, keseragaman dan keberagaman merupakan 2 paradoks besar. Bali adalah sebuah wilayah geografis sekaligus sebuah wilayah kultural dimana Valasara lahir dan tumbuh dalam wilayah ini. Namun Valasara juga memiliki pengalaman diaspora, dia pernah tinggal di Pulau Jawa, tepatnya di Jogjakarta ketika menempuh pendidikan seni. Jogjakarta sebagaimana Bali adalah wilayah geografis juga wilayah kultural (secara ideologi dan pemikiran). Pengalaman diaspora tersebut bagi Valasara pribadi dapat dianalogikan sebagai penjelajahan perspektif. Ketika terjadi perbedaan pranata sosial budaya secara otomatis terjadi pergulatan untuk mengatur ulang perspektif di dalam diri, yang mencangkup proses asimilasi, seleksi, pembaharuan dengan tujuan mencapai perspektif. Dinamika proses transformasi dan negosiasi perspektif bagi Valasara adalah sebuah proses vital untuk keberlangsungan sebuah kebudayaan tidak hanya dalam perkara lintas budaya, namun juga dalam perkara kala͟/ waktu perubahan jaman, teknologi dan kondisi alam yang menuntut manusia untuk berevolusi setidaknya dalam pemikiran. Terkait dengan tema yang ditawarkan ARJOG10 Changing Perspective. Valasara mendasarkan kekaryaanya pada sebuah konsep tubuh yang merupakan kendaraan manusia untuk hidup di dunia ini. Tubuh adalah kendaraan yang sakral, dalam tubuh bersarang dua jalan setapak, satu jalan menuju dharma (kebaikan) dan jalan lain menuju adharma. Tubuh hampir secara universal menjadi salah satu pokok yang diatur, dikendalikan dalam pranata adat dan budaya. Tubuh adalah paradoks, dimusuhi serta dirayakan dalam waktu bersamaan. Tubuh sebagaimana sarana berbuat dharma yang adalah sarana untuk berkontribusi membangun dunia dalam konteks produktivitas. Dalam karya instalasi Men Brayut referensi visual utama Valasara adalah bagian tubuh perempuan, yakni payudara. Perempuan dan tubuhnya adalah salah satu pokok yang kerap dipolitisasi dan dikendalikan dalam budaya, dalam kekaryaan ini Valasara tidak bermaksud mewakili pengalaman perempuan, Valasara memposisikan dirinya sebagai lelaki yang merasakan pentingnya sebuah transformasi perspektif tentang tubuh perempuan. Tubuh yang bukan menjadi sarana pembenaran untuk objektivisasi perempuan, tetapi tubuh yang merupakan sarana dharma. Tidak ada manusia yang lahir di dunia ini tanpa kebaikan dari tubuh perempuan, pengalaman kebaikan utama manusia datang dari dharma seorang ibu dengan tubuhnya. Arsip foto-foto kolonial kerap merekam figur wanita Bali di lingkungan sehari-hari tanpa penutup dada, dalam realita hingga hari ini di area-area kampung Bali, Valasara masih menyaksikan hal tersebut. Bagi Valasara payudara yang terbuka tidak semata-mata sebagai pengundang birahi atau erotis. Payudara adalah bagian tubuh, tak terpungkiri bahwa tubuh memiliki aspek seksual, tetapi dalam konteks ruang dan waktu yang spesifik, namun tidak sepenuhnya bersumber dari bagian tubuh tertentu. Payudara memiliki makna simbolik sebagai lambang kesuburan, lambang produktivitas, sebagai simbolisasi dari ibu, dan energi penciptaan dan pemeliharaan. Seperti halnya ada sebuah karakter Men Brayut dalam cerita rakyat Bali. Bentuk organik keberlimpahan ini berusaha Valasara manifestasikan dalam instalasi Men Brayut͟ sebagai perwujudan kontemporer dari sebuah candi monumen bagi tubuh yang berdharma . get in touch IG @senidibali
0 Comments
Leave a Reply. |
FEATURED
artist & artwork Archives
March 2018
Categories |